41gedung MK
UNTUK memperkokoh ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah, Majelis Dhuha Mahkamah Konstitusi (MK) menggelar kajian bahaya Syiah, Senin (25/3) di Gedung MK, Jakarta. Hadir sebagai pembicara anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) DKI Jakarta, Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi.
Sekitar 30 karyawan di lingkungan Mahkamah Konstitusi (MK) mengikuti jalannya kajian, termasuk mantan Menteri Hukum dan HAM sekaligus Hakim Konstitusi, Patrialis Akbar.
Dalam kesempatan itu, Muhammad Pizaro diminta untuk membedah buku karangannya Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam. Sejumlah bukti dipaparkan Pizaro untuk mempertanyakan klaim Syiah yang selama ini mengaku terdepan dalam melindungi kaum muslimin dari serangan Yahudi.
Pada faktanya, Syiah dan Yahudi justru bekerjasama dalam memerangai kaum muslimin. Pada tahun 1976, misalnya, Presiden Suriah Hafez Assad yang berakidah Syiah bekerja sama dengan milisi Kristen Maronit mengepung dan menyerang kamp pengungsi Palestina di Zaatar,Yordania.
Di dalam kamp tersebut bernaung setidaknya 7.000 pengungsi Palestina. Selain itu, kamp Zaatar juga menampung 14.000 penduduk Lebanon yang tengah menghadapi aliansi kaum Kristen di Lebanon.
Ketika artileri Suriah menggempur kamp itu, Angkatan laut Israel memblokade dari laut dengan meluncurkan bom bercahaya. Saat itulah pasukan batalyon pimpinan Hafez Assad maju untuk melakukan pembantaian.

Baca artikel  selengkapnya di MAKSUD MUT’AH tafhadol
Korban tewas dari pembunuhan mengerikan itu mencapai 6000 jiwa dan menyisakan kamp pengungsi yang hancur lebur. Fakta inipun ditulis dengan baik oleh DR Imad Ali ‘Abdus Sami dalam bukunya Khianatusy Syi’ah wa Atsaruha fii Hazaa’im al-Ummah al-Islaamiyyah (Pengkhianatan-pengkhianatan Syiah dan Pengaruhnya Terhadap Kekalahan Umat Islam).
Kerjasama antara kedua negara kemudian berlanjut pada tahun 1982. Kali ini kerjsama melibatkan Tentara Suriah, Gerakan Syiah Amal (cikal bakal Hizbullah) dan Israel. Mereka mengatur pembantaian warga Sunni di kamp-kamp Sabra, Satila dan Burj Barajinah, yang merenggut nyawa umat Islam. Kebanyakan mereka adalah warga Palestina dan penduduk lokal Lebanon. Sekitar 3.500-8.000 orang, termasuk anak-anak, bayi, wanita, dan orang tua dibantai secara mengerikan.
“Jadi banyak orang lupa bahwa Ariel Sharon bukanlah tokoh tunggal dalam pembantaian kaum muslimin Palestina di Sabra Satila,” tegas alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta ini.
Pizaro kemudian menjelaskan prinsip Ahlussunah Wal Jama’ah yang sangat memuliakan sahabat dan istri nabi. Ahlussunah juga meyakini Istri nabi seperti Sayyidah Aisyah radhiyallahu anha adalah wanita terhormat dan bukanlah seorang pezina.
Ahlussunah meyakini bahwa Al Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam aseli dan tidak pernah dikurangi oleh sahabat Nabi.
Agar ajaran Islam tidak dinodai, Muhammad Pizaro pun mendukung langkah MK untuk terus mempertahankan UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Kelompok Syiah pernah berusaha untuk mencabut UU ini melalui upaya judicial Review, namun MK menolaknya.
Dalam sesi tanya jawab, Patrialis Akbar bertanya bagaimana kondisi Ahlussunah di Suriah. Muhamamad Pizaro pun menjelaskan bahwa apa yang terjadi di Suriah tidak sekedar penjajahan fisik kepada rakyat, tapi juga penjajahan akidah.
Berdasarkan temuan relawan kemanusiaan Indonesia di Suriah, didapatkan fenomena warga Ahlussunah di Suriah yang shalat dari mulai Shubuh hingga Isya dijamak dalam satu waktu.
“Mereka menjalankan shalat seperti ini karena dipaksa oleh pemerintah,” ujar Sekjen Jurnalis Islam Bersatu (JITU) ini. “Warga juga ada yang dikubur hidup-hidup karena tidak mau bersyahadat La ilaha ila Bashar.”
Muhammad Pizaro pun kemudian menyayangkan pemberitaan dan upaya stigmatisasi terhadap kelompok Ahlussunah di Suriah dengan istilah “teroris” maupun “pemberontak”. Padahal mereka selama ini terzhalimi selama 40 tahun. Dan upaya perlawanan yang dilakukan warga Suriah tidak lebih untuk mempertahankan akidah Islam mereka.
“Kini di sebagian daerah Suriah, warga sulit untuk makan dan minum, hingga terpaksa mereka mengonsumsi anjing dan kucing. Lalu apakah kita masih pantas memfitnah mereka sebagai teroris?” ujar redaktur situs Islampos ini. [sa/islampos]
Axact

Axact

Vestibulum bibendum felis sit amet dolor auctor molestie. In dignissim eget nibh id dapibus. Fusce et suscipit orci. Aliquam sit amet urna lorem. Duis eu imperdiet nunc, non imperdiet libero.

Post A Comment:

0 comments: